Sendratari merupakan nama seni
pertunjukan yang sangat familiar di tengah masyarakat Bali. Adalah di
arena Pesta Kesenian Bali (PKB) pamor seni drama tari ini melejit. Sejak
awal PKB, 1978, sendratari menjadi pagelaran bergengsi, membuka dan
menutup pesta seni, hingga kini. Demikian pula pada PKB ke-33 tahun 2011
ini, pementasan sendratari kembali akan dapat disimak penonton.
Tengoklah persiapannya di Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar. Sejak
sebulan terakhir ini, lembaga yang dulu bernama ASTI dan STSI tersebut,
telah melakukan latihan-latihan sendratari untuk ditampilkan pada
pembukaan PKB tanggal 11 Juni nanti. Para seniman–mahasiswa dan
dosen–lembaga seni ini akan menyuguhkan sendratari kolosal bertajuk
“Bhisma Dewabharata“.
Penonton tak hanya dapat mengapresiasi
sendratari garapan ISI. Selain akan ditutup dengan sendratari besutan
SMK Negeri 3 Sukawati (dulu Kokar-SMKI), duta kabupten/kota se-Bali juga
telah mempersiapkan garapan sendratarinya. Sendratari masing-masing
daerah tingkat II itu ditampilkan sebagai suguhan pamungkas Parade Gong
Kebyar. Sendratari pendek dan padat yang disebut fragmen tari itu
biasanya digarap dengan gereget sarat rivalitas karena dihadirkan dalam
bentuk pentas bersanding alias mabarung. Karenanya, penggarapan
dan pementasan sendratari kabupaten/kota itu menjanjikan kreativitas
seni yang sangat diminati penonton pesta seni.
Di arena PKB, sendratari adalah
primadona penonton. Bahkan PKB itu sendiri identik dengan sendratari.
Sebab, dulu ketika PKB yang dirintis gubernur Bali Ida Bagus Mantra
digelinding di tengah masyarakat, gaungnya belum segemuruh sekarang.
Pagelaran sendratarilah yang menggiring penonton ke tempat
penyelenggaraan PKB, Taman Budaya Bali. Mengambil tempat pentas di
panggung terbuka Ardha Candra, sendratari yang disajikan oleh para
seniman Kokar dan ASTI tersebut berhasil memesona penonton. Dalam bentuk
pementasan sendratari kolosal yang dibawakan ratusan pelaku seni
pertunjukan, PKB semakin menor pamornya. Tokoh Bima dan Sakuni dalam
sendratari Mahabarata menjadi idola penonton yang datang dari penjuru
Bali.
Sendratari menguak di tengah khasanah
kesenian Bali pada tahun 1960-an. Konsep artistiknya sudah muncul
sebelumnya di Jawa. Tetapi sendratari Bali memilih langkah perjalanannya
sendiri. Jika di Jawa Tengah sendratari diciptakan untuk kepentingan
wisatawan mancanegara, sendratari Bali berkembang sebagai seni pentas
tontonan masyarakat lokal. Sebelum melambung di arena PKB, genre
sendratari yang disosialisasikan Kokar dan ASTI, menjadi seni tontonan
favorit masyarakat di pelosok desa yang dihadirkan serangkaian dengan
ritual keagamaan. Pada tahun 1970-an, masyarakat Bali sering menggelar
sendratari, selain juga wayang kulit, Drama Gong dan Arja.
Konsep artistik sendratari Jawa adalah
drama tari tanpa dialog langsung. Konsep ini pada awalnya juga
diterapkan di Bali, dimana narasi cerita hanya dikisahkan secara abstrak
lewat alunan tukang tandak seperti halnya yang sudah
ditradisikan dalam tari klasik legong. Tetapi konsep dramatik non verbal
ini kemudian bergeser. Di panggung Ardha Candra PKB, peranan dalang
sebagai pengkisah menjadi cukup dominan. Penonjolan peran dalang ini
sebagai konsekuensi dari panggung yang luas, tata garap kolosal, dan
lebarnya jarak pandang dan dengar penonton. Di panggung terbesar di Bali
itu, ramuan estetika koreogarafi seni pentas ini disiasati, dari yang
bersifat detail individual ke global massal. Dengan jumlah penonton yang
relatif banyak, visualisasi artistik yang dipaparkan di atas panggung,
dikomunikasikan secara verbal oleh dalang.
Sebagai sebuah genre seni pentas masa
kini, sendratari rupanya terbuka dengan segala pembaharuan artistik,
selain berkembang secara kompromistis dengan dinamika atmosfer
masyarakat. Secara kodrati, seni sebagai ekspresi budaya memang akan
mereprersentasikan nilai-nilai kehidupan manusia pelaku kebudayaan.
Sendratari telah menjadi bagian dinamika masyarakat Bali modern, dari
masyarakat di pelosok desa hingga dikagumi masyarakat penonton PKB,
forum penikmat seni seluruh Bali. Kini, telah lebih dari 30 tahun,
sendratari dinikmati penonton di arena PKB. Dari tahun ke tahun, para
seniman pertunjukan sendratari tak pernah berhenti berproses dan
bereksplorasi menggali berbagai kemungkinan artistik, membinarkan
sendratari.
Binar sendratari agaknya akan masih
berkemilau. Pada awal paruh tahun 2000-an, memang dirasakan antusiasisme
penonton PKB menyaksikan sendratari agak menurun. Tetapi karena
semangat para kreator dan seniman pelakunya tetap konsisten, penggarapan
dan pementasan sendratari kolosal PKB belum pernah sepi penonton.
Disaksikan ribuan penonton, ketika pembukaan atau penutupan PKB, Pemda
Bali dengan bangga menyuguhkan sendratari kepada para pejabat tinggi
negara. Dalam konteks ini, sendratari berkontribusi mengawal reputasi
dan prestise budaya Bali di tataran nasional. Sendratari Bali sebagai
sebuah ekspresi seni budaya bangsa hadir luwes dan elegan. Seni sebagai
media komunikasi spesifik dipadukan dengan seni sebagai media komunikasi
verbal. Keindahan dan keapikan aspek astistiknya disangga oleh tata
narasi, selain dalam rajutan bahasa Bali namun juga dalam bahasa
Indonesia. Seni, sendratari menyatukan kita.
Sumber : http://www.isi-dps.ac.id/berita/sendratari-bali-menyatukan-bangsa-indonesia
Tiada ulasan:
Catat Ulasan